Belajar gratis di Jerman
Ahmad Syamil
Tue, 10 Dec 2002 12:54:35 -0800
Salam hangat,
Tulisan dibawah mudah-mudahan bermanfaat untuk yang ingin kuliah dan
mendapat beasiswa di Jerman.
Yang jelas, saat ini untuk mendapat visa ke Amerika lumayan susah.
Jabat erat,
Ahmad Syamil
www.clt.astate.edu/asyamil
----------------------------------------
http://www.upnyk.ac.id/article.php?sid=25
Study di Jerman, siapa takut ...?!!!
Hingga saat ini hampir seluruh perguruan tinggi di Jerman tidak menarik
biaya studi dari mahasiswanya. Bagi mahasiswa di Indonesia sebenarnya
ini merupakan peluang menarik untuk menimba ilmu dan mengembangkan
karir. Tantangan kapitalis global di depan mata. Suka-tidak suka,
mau-tidak mau 'cengkraman kapitalis global' akan menggilas siapapun yang
tidak memiliki standar kompetensi internasional. Lantas mengapa tidak
dari sekarang untuk mempersiapkan diri agar bisa studi di luar negeri
dan 'go international' ? Sekilas tentang universitas di Jerman
Secara umum hampir semua universitas di Jerman berkualifikasi excellent.
Standart kualitas pendidikan tinggi di Jerman sangat ketat sehingga
kualitas antara universitas satu dengan lainnya relatif sama. Memang
benar untuk beberapa universitas tertentu memiliki program yang sangat
prestisius dan menjadi unggulan tetapi bukan berarti universitas yang
bersangkutan lebih unggul (top rangking) dari universitas lain dalam
segala bidang. Sebagai contoh: RWTH Aachen (tempat studi-nya Pak
Habbibie) memiliki program unggulan pada bidang mekanika dan
elektronika, tetapi untuk bidang Manajemen RWTH Aachen kalah populer di
bandingkan FHTW Reutlingen. Begitu juga FH Furtwangen (berdasarkan
majalah focus) merupakan universitas terbaik untuk bidang komputer dan
TI, tetapi untuk bidang lainnya bisa jadi FH Furtwangen kalah populer
dari universitas lain. Jadi, bagi anda yang berminat studi di Jerman
memilih perguruan tinggi bukanlah suatu pertimbangan yang penting tetapi
yang lebih perlu diperhatikan adalah memilih jurusan yang sesuai dengan
prospek karir dan masa depan anda.
Sistem pendidikan di Jerman relatif berbeda dengan sistem pendidikan di
Indonesia atau di negara-negara Anglo-Saxon (USA, UK dan Australia). Di
Jerman ada 3 katagori perguruan tinggi:
1. Univerität dan Technische Universiät (TU). Sistem pendidikan di
universität relatif lebih berorientasi pada teori dan research.
Prosentasi untuk pengajaran teori mencapai 80%-90% dari kurikulum mata
pelajarannya.
2. Fachhochschule (FH) dalam Bahasa Inggris dikenal dengan University of
Applied Science. Di universitas ini orientasi kurikulum antara teori
dengan praktek relatif berimbang. Prosentase perbandingan antara teori
dengan praktek sekitar 60% teori dan 40% praktek plus internship di
perusahaan.
3. Berufsakademie (BA) dalam Bahasa Inggris di kenal dengan University
of Cooperative Education. Universitas ini merupakan bentuk kerja sama
antara perguruan tinggi dengan industri (seperti KADIN-nya Jerman).
Orientasinya sangat praktis yaitu 60% dari kurikulumnya adalah praktikum
dan intership di perusahaan.
Nah, pada saat memilih perguruaan tinggi hendaknya perlu juga
dipertimbangkan jenis perguruan tinggi mana yang sesuai dengan minat
studi calon mahasiswa.
Untuk lebih jelasnya maka para calon mahasiswa disarankan untuk membuka
website: www.hochshulkompass.de
Program Internasional
Banyak para calon mahasiswa terpaksa mengurungkan niatnya untuk studi di
Jerman karena terkendala dengan keharusan menguasai Bahasa Jerman.
Kendala tersebut tampaknya saat ini lebih mudah diatasi bagi calon
mahasiswa. Dalam 5 tahun terakhir ini perguruan tinggi di Jerman banyak
yang melakukan inovasi dengan membuka program internasional khususnya
untuk jenjang Master (S-2). Dalam program internasional tersebut
perkuliahan dilakukan dalam 2 bahasa yaitu Bahasa Jerman dan Bahasa
Inggris. Biasanya pada semester awal perkuliahan menggunakan B.Inggris,
baru di semester akhir menggunakan B.Jerman. Komposisi seperti ini akan
memudahkan para mahasiswa untuk menyelesaikan studinya.
Tetapi tentu saja bahasa tetap merupakan persoalan serius jika ingin
studi di perguruan tinggi luar negeri. Bukan merupakan rahasia umum
bahwa kemampuan rata-rata Bahasa Inggris mahasiswa Indonesia relatif
rendah. Bahkan secara bergurau seorang kolega yang menjadi Manager
Personalia di Mitsubishi Heavy Industry pernah mengatakan bahwa
kemampuan Bahasa Inggris Insinyur Indonesia tuh lebih rendah
dibandingkan dengan Bahasa Inggris-nya TKW (pembantu) asal Filipina.
Kita boleh saja tersinggung dengan pernyataan tersebut. Tetapi jika mau
jujur ungkapan tersebut seratus persen benar adanya. Tingkat kemampuan
rata-rata Bahasa Inggris mahasiswa Indonesia relatif rendah. Bagi para
calon mahasiswa yang ingin studi di luar negeri persoalan bahasa
merupakan kendala serius yang perlu diantisipasi sejak dini.
Persoalan bahasa akan sedikit bertambah rumit apabila ingin studi di
Jerman. Selain persyaratan Bahasa Inggris yang excellent yang dinyatakan
dengan TOEFL minimal 550, juga disyaratkan mempunyai sertifikat kursus
B.Jerman untuk level dasar (Grunstuffe) dari Gothe Institut. Memang
kualifikasi B.Jerman yang dituntut hanyalah tingkat dasar tetapi untuk
lulus sertifikat tingkat dasar tetap dibutuhkan waktu belajar sekitar 6
bulan. Sebagai catatan untuk di Yogyakarta terdapat lembaga kursus yang
bersertifikat Gothe Institut. Lembaga tersebut berlokasi di dekat Tugu
dan didirikan oleh Persatuan Guru Bahasa Jerman.
Keuntungan Studi di Jerman
Beberapa keuntungan penting studi di Jerman adalah sebagai berikut:
1. Kualifikasi tenaga pengajar yang tinggi. Pengalaman Penulis selama
studi di FH Furtwangen menunjukan bahwa untuk Program Master of Computer
Science in Software Business Consulting (M.C.Sc.) dibimbing oleh 15
orang Professor-Doktor yang rata-rata mereka memiliki pengalaman sebagai
Consultant di berbagai perusahaan multinasional. Menjadi sangat menarik
adalah Dosen Professornya sebanyak 15 orang sementara mahasiswanya
'hanya' 30 orang. Tentu saja dengan rasio seperti ini kualitas
akademiknya sangat terjamin.
2. Fasilitas yang lengkap dan modern. Mahasiswa dapat mengakses
fasilitas perpustakaan secara 'on line' dengan buku, jurnal, majalah
yang sangat lengkap baik dalam bentuk 'hard copy' maupun CD Room. Selain
itu mahasiswa juga memiliki akses internet bebas selama 15 jam per hari
dan gratis.
3. Lingkage Industri. Dukungan industri terhadap perguruan tinggi sangat
besar. Pada kasus FH Furtwangen misalnya, di semester 3 seluruh
mahasiswa program M.C.Sc. akan kerja praktek di perusahaan selama 6
bulan. Selama kerja praktek tersebut para mahasiswa akan mendapatkan
gaji dan seluruh biaya hidupnya dijamin oleh perusahaan. Dan tentu saja
bagi mahasiswa yang cemerlang 'tidak akan pernah lagi' datang ke
kampusnya kecuali hanya untuk pendadaran thesis, karena mereka sudah
secara otomatis dipromosikan menjadi karyawan tetap perusahaan dimana
mahasiswa yang bersangkutan kerja praktek.
4. Biaya kuliah yang sampai saat ini gratis atau relatif rendah.
5. Adanya program internasional sehingga memudahkan untuk menyelesaikan
studi sekaligus menguasai B.Jerman.
Biaya Kuliah (Tuition Fee)
Hampir semua perguruan tinggi di Jerman membebaskan kewajibanya
mahasiswanya dalam membayar uang kuliah. Tetapi tentu saja ada
program-program tertentu yang menetapkan biaya kuliah biasanya Program
MBA (Master of Business Adminitration). Untuk Program MBA bea kuliahnya
berkisar antara Euro 4,000 s.d Euro 20,000 tergantung dari kebijakan
masing-masing perguruan tinggi yang bersangkutan, meskipun tetap ada
yang menyelenggarakan MBA gratis seperti di FH Pforzheim atau FH
Ingolstadt.
Hanya saja kebijakan untuk kuliah gratis di Program Internasional bisa
saja suatu hari akan berubah. Dari tahun ke tahun peminat calon
mahasiswa untuk studi di program internasional semakin meningkat. Jadi,
dimungkinkan jika suatu ketika perguruan tinggi di Jerman akan
menerapkan biaya kuliah bagi mahasiswanya khususnya untuk program
internasional. Sebagai contoh di FH Furtwangen hingga tahun 2002 ini
perkuliahnya gratis, tetapi mulai tahun ajaran 2003 akan menetapkan
biaya kuliah untuk Program Master of Computer Science (M.C.Sc.) in
Software Business Consulting sekitar Euro 4,500. Memang biaya kuliah
tersebut relatif rendah jika dibandingkan dengan universitas di USA, UK
atau Australia. Jika di-kurs dalam rupiah 'paling hanya' Rp 40 juta-an.
Hampir sama dengan biaya kuliah di MM UGM atau dua kali lebih mahal dari
biaya kuliah di MM UPNVY. Tetapi jika dibandingkan dengan biaya kuliah
di UK (Inggris) yang rata-rata berkisar diatas Rp 150 juta-an untuk
program umum dan Rp 200 juta-an untuk program MBA, maka biaya kuliah di
Jerman tetap relatif murah. Meskipun begitu, tetap saja terbuka peluang
bagi kita untuk dapat mendaftar di perguruan tinggi yang menerapkan
kuliahnya gratis tanpa biaya kuliah.
Ketentuan biaya kuliah tersebut diatas sama sekali tidak berlaku untuk
program Master yang seratus persen menggunakan B.Jerman. Seluruh program
master yang diselenggarakan dalam B.Jerman (bukan program
internasional), biaya studinya gratis. Ketentuannya adalah dibutuhkan
lulus test sertifikat B.Jerman dari Gothe Institut untuk level
intermediate, ZMP (Zentrale Mittelstufenprüfung)Level.
Persyaratan untuk Mendaftar di Perguruan Tinggi Jerman
Ada beberapa persyaratan administrasi untuk mendaftar studi di Jerman
pada Program Internasional. Beberapa persyaratan penting yang perlu
dipersiapkan adalah:
1. Foto kopi legalisir Ijasah S-1 dalam B.Inggris atau B.Jerman.
2. Foto kopi legalisir Transkrip Nilai dalam B.Inggris atau B.Jerman
3. TOEFL B.Inggris 550
4. Sertifikat B.Jerman minimal level Grundstuffe
5. Dua surat rekomendasi dari Dosen tempat mahasiswa menyelesaikan studi
S-1 dalam hal ini dosen UPNVY.
6. Surat pengalaman kerja minimal 2 tahun.
Khusus untuk surat rekomendasi dari dosen disarankan untuk mendapatkan
rekomendasi dari dosen yang memiliki kualifikasi akademik minimal Doktor
(S-3) dan akan lebih baik lagi Professor. Sebagai catatan hampir seluruh
dosen di Jerman mempunyai kualifikasi Professor-Doktor, sehingga apabila
calon mahasiswa hanya direkomendasikan oleh dosen yang berkualifikasi
S-2 maka nilai rekomendasi tersebut akan minimalis. Rekomendasi dari
dosen yang berkualifikasi S-2 tetap punya nilai strategis apabila dosen
yang bersangkutan memiliki jabatan struktural penting di lingkungan
universitas atau fakultas.
Bea Siswa
Dimungkinkan bagi calon mahasiswa untuk mendaftar bea siswa DAAD.
Persayaratan penting untuk mendapatkan bea siswa DAAD adalah Dosen atau
Pegawai Negeri Sipil. DAAD memang memberikan bea siswa untuk umum tetapi
proporsi bea siswa untuk umum tersebut jumlahnya sangat terbatas. Untuk
di Indonesia kantor DAAD beralamatkan di Gedung Summitmas II, Jl.
Sudirman, Jakarta. Hanya untuk catatan penting tidak mudah untuk
mendapatkan bea siswa dari DAAD.
Kesempatan mendapatkan bea siswa akan besar jika mahasiswa sudah berada
di Jerman. Banyak lembaga non profit atau yayasan yang bersedia
memberikan bea siswa. Syaratnya adalah nilai semester yang baik. Dengan
demikian 'apply' bea siswa di Jerman baru dimungkinkan apabila kita
telah studi minimal selama satu semester.
Biaya Hidup (Living Cost), Kerja dan 'Free Fall'
Biaya hidup di Jerman relatif bervariasi. Untuk biaya hidup di kota
besar relatif lebih mahal dari pada biaya hidup di kota kecil. Sebagai
gambaran biaya hidup di kota besar berkisar antara Euro 600 s.d Euro 800
per bulan. Sedangkan biaya hidup di kota kecil berkisar antara Euro 450
- Euro 600. Perbedaan biaya hidup antara kota besar dan kota kecil
memang relatif 'significant'. Tetapi keuntungan studi di kota besar
adalah dimungkinkan untuk medapatkan kerja part time yang pendapatannya
relatif lumayan besarnya.
Kemungkinan kerja sambil kuliah merupakan alternatif yang menarik.
Sebagaimana kita ketahui bersama, sangat sulit sekali bagi calon
mahasiswa untuk mendapatkan bea siswa di Indonesia. Untuk itu banyak
mahasiswa yang mengambil alternatif kuliah sambil kerja mengingat sistem
imigrasi di Jerman memungkin untuk itu. Pada banyak kasus para rekan
mahasiswa dari India atau Cina banyak yang datang untuk studi di Jerman
dengan uang saku sangat 'pas-pasan' bahkan hanya cukup untuk biaya hidup
3 bulan. Modal mereka hanya tekad dan nekad. Pola seperti ini biasanya
disebut dengan 'free fall' (terjun bebas) berjuang sampai 'titik darah
penghabisan' di negeri orang. Mereka siap hidup prihatin dan 'strugle'
dengan kuliah sambil kerja, syukur-syukur mendapatkan bea siswa. Pola
'free fall' ini akan lebih mudah diterapkan jika mahasiswa tinggal di
kota besar karena mudah untuk mendapatkan pekerjaan part time. Banyak
diantaranya yang sukses dengan pola 'free fall' meskipun tetap ada saja
yang gagal. Terlepas dari beratnya tantangan yang mesti diatasi, pola
'free fall' tetap merupakan alternatif yang menarik bagi calon mahasiswa
yang memiliki tingkat 'adrenalin' dan confident yang tinggi tetapi
kemampuan financial resources-nya terbatas. Moral point yang penting
dalam hal ini mengapa pola 'free fall' tidak dicoba ? Toh banyak sekali
mahasiswa yang sukses dengan pola free fall.
Jangan pikirkan pengorbanan dan tantangan yang mesti akan dihadapi,
tetapi fokuskan pikiran tentang masa depan gemilang yang siap menyabut
dikemudian hari dengan penuh senyum tentu saja....
Sekilas tentang Penulis.
Penulis adalah Ferizal Ramli. Alumni Fakultas Ekonomi UPNVY, Jurusan
Manajemen, Angkatan tahun 1990. Pernah bekerja di Singapura dan Malaysia
serta mendapatkan bea siswa studi di Program M.C.Sc., FH Furtwangen.
Selama studi di almamater UPNVY tercinta, penulis juga aktif di kegiatan
kampus, berpartisipasi mendirikan KOPMA dan pernah menjadi Ketua Umum
KOPMA UPNVY yang pertama periode 1994-1996.
Saat ini Penulis berdomisili di Jerman. Alamat lengkap penulis:
Am Großhausberg no: 02-07-10
D-78120
Furtwangen im Schwarzwald, Germany.
E-Mail: [EMAIL PROTECTED] dan [EMAIL PROTECTED]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar